HILANG
Sekarang aku sedang menginjak hamparan pasir putih. Diriku tak bosan-bosannya memandang lautan berwarna biru itu. Telah kucuba berbagai cara untuk menghapusnya dari pikiranku. Namun, kurasa usahaku itu sia-sia. Jika saja aku bisa memutar waktu, aku pasti tidak akan melakukan kesalahan bodoh itu. Aku seperti perempuan yang penuh dengan dosa. Diriku pun masih berharap kalau dia akan memaafkanku, aku juga berharap demikian pada Tuhan.
Kuputar kembali memori masa lampau. Memori yang menghantuiku beberapa waktu ini. Lalu kuingat janji yang telah kubuat dengannya. Sebuah janji bodoh yang telah dibuat oleh remaja yang masih berusia lima belas tahun.
Ya, aku mencintainya sejak aku berusia lima belas tahun.
—
Aku datang ke taman kota, mencoba untuk menepati janji dengannya. Setelah sampai, aku pun duduk di bangku taman yang menghadap ke sebuah pohon besar. Sambil menunggu, aku pun memakai earphone dan mulai memainkan musik untuk menghilangkan rasa bosanku.
Tak berapa lama kemudian, aku merasa seseorang berbicara padaku. “Cuaca yang indah bukan?” aku pun melihat di sampingku dan dia sudah ada. Ia tersenyum padaku. “Maaf membuatmu menunggu lama.” Ucapnya sambil merogoki saku celananya. “Tidak, aku baru saja datang. Kau hanya telat beberapa menit.” Balas diriku sambil melihat lawan bicaraku yang sedang sibuk dengan urusannya. “Telat pada acara yang penting itu tidak baik, Ariana.”
Aku terdiam pada saat ia mengucapkan ‘acara penting’. Acara penting apa? Apa dia sedang berbicara sendiri? Tapi tadi dia bilang namaku. Diriku yang sibuk memikirkan hal itu tak sadar dengan dirinya yang sudah berlutut di depan diriku yang masih duduk di bangku taman.
“Ares hentikan, kita dilihat oleh orang-orang!” dia pun menggelengkan kepalanya. Dia memang keras kepala. “Tidak, Ariana. Biarkan mereka melihat kita.” Aku pun menghela napasku panjang dan membalas ucapannya. “Memangnya kau mau apa? Cepat ucapkan.”
“Ariana, mari kita buat janji bersama-sama,” dia pun mulai bangkit dari posisinya dan duduk di sebelahku. “dimulai dari diriku. Aku berjanji akan terus menyayangimu, membahagiakan dirimu, menjagamu, dan mencintaimu hingga akhir.” Aku mengerti maksudnya itu apa. Ia memintakku untuk menjadi pacarnya. Sebuah impian yang kuinginkan sejak awal aku kenal dengan dirinya.
“Ares, aku pun berjanji untuk menyayangimu, membahagiakan dirimu, menjagamu, juga mencintaimu hingga akhir.” Sebuah janji telah kami ucapkan di depan khalayak banyak. Kita pun sama-sama tersenyum atas kelakuan gila kita. Sebuah janji yang tak akan pernah aku ingkari.
—
Sekarang, aku rasa aku telah mengingkari semua janji itu. Aku berbohong padanya. Itu semua karena kesalahanku. Mengapa di dunia ini tidak ada orang yang bisa membuat mesin waktu? Aku pun pergi dari pantai itu. Pergi ke suatu tempat yang belum pernah kukunjungi setelah kejadian itu terjadi.
Ke rumah yang dulu sempat aku huni dengannya. Aku masih menyimpan kuncinya, tentu saja aku masih menyimpannya ini kan rumahku. Setelah berhasil membuka pintu itu, aku masuk ke dalamnya. Semua masih sama. Semua barang yang ada di dalamanya sudah berdebu. Padahal, aku meninggalakannya baru kurang lebih 7 bulan yang lalu.
Diriku tak sanggup untuk menahan air mata yang menggenang di mataku. Semua kenangan kembali muncul lagi di pikiranku. Aku memang wanita yang berdosa. Aku mencintainya tapi kenapa aku melakukan hal itu kepadanya? Aku menyesali semua perbuatanku di masa lampau.
Aku masih ingat betul kejadian itu. Kejadian ketika ia menemukanku sedang bersama lelaki lain, belum sempat aku meminta waktu untuk menjelaskan semuanya, ia berlari dari dari hadapanku dan saat ia menyebrangi jalan, ia tertabrak oleh sebuah truk yang membawa bensin. Lalu truk itu pun meledak dan Ares pun menjadi korban.
Jika seandainya aku tidak melakukan dosa bodoh itu. Aku akan memberi semua kasih sayangku kepadanya, dan kejadian itu tidak akan terjadi.
Dan sekarang aku hilang pada diriku sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar